Para ilmuan berusaha membuat alat bantu yang dapat dipakai oleh hewan agar bisa tetap hidup. Sama halnya dengan hewan - hewan.
1. Kucing yang Memakai Kotak Lensa
Ernest si kucing berbulu hitam dan putih yang berusia 15 tahun mungkin termasuk kucing yang beruntung banget.
Pihak RSPPCA atau semacam organisasi yang melindungi hewan-hewan yang terlantar sampe bela-belain memeriksakan pengelihatan Ernest yang gak bisa melihat dengan jelas.
Ernest sendiri sudah tinggal bersama mereka selama 13 tahun sejak dirinya berusia 2 tahun di pusat perlindungan hewan di Godshill, Isle of Wight. Dan menurut salah seorang petugas di sana, Les Burrows, Ernest akan terus tinggal di sana, apalagi Ernest selalu menjadi topik pembicaraan para petugas di sana.
Selain itu, Les menambahkan sebelum menggunakan kotak lensa Ernest dijadikan semacam test buat anjing-anjing yang baru datang ke tempat itu untuk mengetahui apakah anjing-anjing itu takut dengan kucing sejak Ernest gak pernah merasa takut.
Sebelum menggunakan kotak lensa, Ernest diperkirakan menderita entropion dimana penyakit itu menyebabkan matanya berputar-putar alias juling dan juga mengalami iritasi.
Sebelum Ernest diberikan kotak lensa, dia agak juling dan mengalami kesulitan melihat kemanapun dia pergi. Sekarang kedua matanya terbuka dan dia mempunyai kehidupan baru yang lebih baik. Kotak lensanya bekerja dengan baik, ungkap Paula Sadler, 56 tahun, manajer pusat perlindungan hewan tempat Ernest berada.
Sebelum akhirnya para dokter hewan mendapat ide untuk memakaikan Ernest dengan kotak lensa, awalnya Ernest direncanakan untuk dioperasi. Namun karena faktor usia, operasi gak dilakukan. Selain itu, seperti yang dijelaskan Paula, pembedahan itu bisa beresiko tinggi dan gak ada yang tahu apa yang bakal terjadi dengan reaksi Ernest setelah dioperasi.
Adapun kotak lensa yang dipasang ke dua mata Ernest harus dibersihkan oleh para staff setiap 3 minggu sekali. Dan kabarnya nih, Ernest merupakan kucing pertama yang memakai kotak lensa di kedua matanya.
Winter, lumba-lumba pertama di dunia yang hidup dengan perangkat buatan manusia.
Winter memiliki kisah hidup yang menyetuh hati setiap oarng yang mendengarnya. Bahkan, kisah dari Winter menginspirasi pembuat film di Hollywood.
Pada saat baru berusia dua bulan, Winter telah kehilangan induknya. Selain itu, dia juga harus menerima nasib kehilangan ekornya karena terkena perangkap kepiting.
Keberadaan Winter pertama kali diketahui oleh Jim Savage lima tahun yang lalu. Ketika itu Jim sedang pergi memancing di pantai Florida. Demikian lansir Dailymail, Senin (8/8/2011).
Ketika itu Jim mendengar suara tangisan Winter dan melihat dia tertekan suatu jebakan pada ekornya. Jim lantas membantu mencabut perangkap tersebut dari ekor Winter namun tidak berhasil.
Jim pun memanggil bantuan dari pihak pantai untuk menolong Winter yang keadaannya tampak parah.
Setelah tiga jam, perangkap tersebut akhirnya dapat dilepaskan dari badan Winter. Namun sayang, ekor Winter sudah dalam keadaan yang sangat parah sehingga diharuskan diamputasi.
Setelah diamputasi, keadaan Winter memprihatinkan. Dia kesulitan berenang karena hanya mengandalkan sayap kiri dan kanannya.
Winter yang kini hidup di Clearwater Marine Aquarium, akhirnya kini dapat kembali berenang dengan lincah.
Seorang ahli pembuat anggota tubuh buatan bagi hewan. Dia bernama Dan Strzempka.
Strzempka membuatkan ekor pengganti untuk Winter yang dibuat dari bahan silikon.
"Ekor buatan ini akan bekerja seperti kaus kaki. Ini akan mengikuti laju pertumbuhan badan Winter. Sehingga tidak akan menyakiti Winter yang akan terus tumbuh membesar dan memanjang," ujar Strzempka.
1. Kucing yang Memakai Kotak Lensa
Pihak RSPPCA atau semacam organisasi yang melindungi hewan-hewan yang terlantar sampe bela-belain memeriksakan pengelihatan Ernest yang gak bisa melihat dengan jelas.
Ernest sendiri sudah tinggal bersama mereka selama 13 tahun sejak dirinya berusia 2 tahun di pusat perlindungan hewan di Godshill, Isle of Wight. Dan menurut salah seorang petugas di sana, Les Burrows, Ernest akan terus tinggal di sana, apalagi Ernest selalu menjadi topik pembicaraan para petugas di sana.
Selain itu, Les menambahkan sebelum menggunakan kotak lensa Ernest dijadikan semacam test buat anjing-anjing yang baru datang ke tempat itu untuk mengetahui apakah anjing-anjing itu takut dengan kucing sejak Ernest gak pernah merasa takut.
Sebelum menggunakan kotak lensa, Ernest diperkirakan menderita entropion dimana penyakit itu menyebabkan matanya berputar-putar alias juling dan juga mengalami iritasi.
Sebelum Ernest diberikan kotak lensa, dia agak juling dan mengalami kesulitan melihat kemanapun dia pergi. Sekarang kedua matanya terbuka dan dia mempunyai kehidupan baru yang lebih baik. Kotak lensanya bekerja dengan baik, ungkap Paula Sadler, 56 tahun, manajer pusat perlindungan hewan tempat Ernest berada.
Sebelum akhirnya para dokter hewan mendapat ide untuk memakaikan Ernest dengan kotak lensa, awalnya Ernest direncanakan untuk dioperasi. Namun karena faktor usia, operasi gak dilakukan. Selain itu, seperti yang dijelaskan Paula, pembedahan itu bisa beresiko tinggi dan gak ada yang tahu apa yang bakal terjadi dengan reaksi Ernest setelah dioperasi.
Adapun kotak lensa yang dipasang ke dua mata Ernest harus dibersihkan oleh para staff setiap 3 minggu sekali. Dan kabarnya nih, Ernest merupakan kucing pertama yang memakai kotak lensa di kedua matanya.
2. Anjing dengan Kaki Bionik
Naki'o, seekor anjing yang kakinya diamputasi sejak kecil, kini bisa kembali berjalan berkat kaki bionik yang dipasangkan kepadanya. Naki'o kecil kakinya harus diamputasi untuk mengatasi penderitaanya akibat frostbite atau radang dingin akibat terperangkap dalam kubangan es.
3. Lumba - lumba yang Hidup dengan Ekor Buatan
Winter, lumba-lumba pertama di dunia yang hidup dengan perangkat buatan manusia.
Winter memiliki kisah hidup yang menyetuh hati setiap oarng yang mendengarnya. Bahkan, kisah dari Winter menginspirasi pembuat film di Hollywood.
Pada saat baru berusia dua bulan, Winter telah kehilangan induknya. Selain itu, dia juga harus menerima nasib kehilangan ekornya karena terkena perangkap kepiting.
Keberadaan Winter pertama kali diketahui oleh Jim Savage lima tahun yang lalu. Ketika itu Jim sedang pergi memancing di pantai Florida. Demikian lansir Dailymail, Senin (8/8/2011).
Ketika itu Jim mendengar suara tangisan Winter dan melihat dia tertekan suatu jebakan pada ekornya. Jim lantas membantu mencabut perangkap tersebut dari ekor Winter namun tidak berhasil.
Jim pun memanggil bantuan dari pihak pantai untuk menolong Winter yang keadaannya tampak parah.
Setelah tiga jam, perangkap tersebut akhirnya dapat dilepaskan dari badan Winter. Namun sayang, ekor Winter sudah dalam keadaan yang sangat parah sehingga diharuskan diamputasi.
Setelah diamputasi, keadaan Winter memprihatinkan. Dia kesulitan berenang karena hanya mengandalkan sayap kiri dan kanannya.
Winter yang kini hidup di Clearwater Marine Aquarium, akhirnya kini dapat kembali berenang dengan lincah.
Seorang ahli pembuat anggota tubuh buatan bagi hewan. Dia bernama Dan Strzempka.
Strzempka membuatkan ekor pengganti untuk Winter yang dibuat dari bahan silikon.
"Ekor buatan ini akan bekerja seperti kaus kaki. Ini akan mengikuti laju pertumbuhan badan Winter. Sehingga tidak akan menyakiti Winter yang akan terus tumbuh membesar dan memanjang," ujar Strzempka.
4. Pinguin Tak Berbulu dengan Baju Renang
Ralph sebelum memakai baju renangnya Ralph si penguin botak kini melenggang bebas dalam melangkah - setelah memakai baju renang yang telah disesuaikan untuknya.Tidak seperti koloni penguin Humboldt yang lain, yang kehilangan bulu lama mereka secara bertahap untuk tumbuhnya bulu yang baru.
5. Gajah dengan Kaki Palsu Pertama
Mosha, gajah berusia tiga tahun yang tinggal di Lampang, Thailand. Mosha terpaksa kehilangan kaki kanan depannya sejak usia tujuh bulan akibat terjatuh di sebuah tambang.
Beruntung, saat kecelakaan itu nyawa Mosha bisa diselamatkan. Ia dilarikan ke rumah sakit Friends of the Asian Elephant (FAE) di Lampang tahun 2007. FAE adalah satu-satunya rumah sakit gajah yang ada di dunia.
Nyatanya, dengan hanya memiliki tiga kaki, Mosha sepertinya minder bergaul dengan gajah-gajah lain yang ada di rumah sakit tersebut. Saking minder dan stresnya, Mosha menolak menyentuh makanannya.
Tim dokter yang menangani Mosha khawatir dengan kondisinya tersebut. Sampai suatu kali Mosha bertemu dengan Dr Therdchai Jivacate, yang menjalankan yayasan amputasi manusia, Prostheses Foundation. Dr Jivacate sangat tahu Mosha tidak akan selamat karena ia akan bertambah besar sesuai usianya. “Jika tidak bisa berjalan, ia akan mati,” terang Jivacate.
Selama ini yayasan milik Jivacate membuat kaki palsu untuk lebih dari 16.000 manusia. Namun, mereka tidak pernah membuatnya untuk gajah sampai Mosha menarik perhatian Jivacate.
Setelah melalui riset khusus, akhirnya tim dokter di Prostheses Foundation berhasil membuat kaki palsu untuk Mosha. Kaki palsu itu terbuat dari campuran bahan plastik, serbuk gergaji, dan besi, yang memungkinkannya mampu menahan berat badan Mosha. Kaki palsu ini untuk pertama kalinya di dunia dikenakan seekor gajah.
Banyak gajah yang dirawat di rumah sakit tersebut. Ada yang mengalami infeksi, patah tulang, ataupun cedera lutut. Tapi di antara gajah-gajah penghuni rumah sakit tersebut, Moshalah yang akhirnya terkenal, terutama dengan kaki palsunya.
Gara-gara kaki palsu itu pula, rasa minder dan stres Mosha berangsur hilang. Sekitar setahun setelah operasi yang dilakukannya, Mosha mau makan setiap hari. Ia pun tumbuh berkembang semakin besar sehingga tim dokter pun membuatkannya kaki palsu baru yang lebih besar dan lebih kuat. Kini Mosha semakin rajin beraktivitas. Setelah bermain-main, ia biasanya beristirahat dan tidur. Kaki palsunya dilepas setiap ia tidur.
“Mosha memang sudah seharusnya bisa hidup lebih lama dan bahagia. Ia tumbuh dengan percaya diri dan kini ia senang bisa bermain dengan rekan-rekannya yang lain,” ujar Soraida Salwala, salah satu staf FAE.
Saat ini Mosha masih tinggal di FAE. Sebelumnya, ia tinggal di hutan tropis di wilayah utara Thailand di dekat perbatasan Kamboja. Mosha kini juga menjadi simbol baru perlawanan terhadap penggunaan senjata yang dilarang.
Beruntung, saat kecelakaan itu nyawa Mosha bisa diselamatkan. Ia dilarikan ke rumah sakit Friends of the Asian Elephant (FAE) di Lampang tahun 2007. FAE adalah satu-satunya rumah sakit gajah yang ada di dunia.
Nyatanya, dengan hanya memiliki tiga kaki, Mosha sepertinya minder bergaul dengan gajah-gajah lain yang ada di rumah sakit tersebut. Saking minder dan stresnya, Mosha menolak menyentuh makanannya.
Tim dokter yang menangani Mosha khawatir dengan kondisinya tersebut. Sampai suatu kali Mosha bertemu dengan Dr Therdchai Jivacate, yang menjalankan yayasan amputasi manusia, Prostheses Foundation. Dr Jivacate sangat tahu Mosha tidak akan selamat karena ia akan bertambah besar sesuai usianya. “Jika tidak bisa berjalan, ia akan mati,” terang Jivacate.
Selama ini yayasan milik Jivacate membuat kaki palsu untuk lebih dari 16.000 manusia. Namun, mereka tidak pernah membuatnya untuk gajah sampai Mosha menarik perhatian Jivacate.
Setelah melalui riset khusus, akhirnya tim dokter di Prostheses Foundation berhasil membuat kaki palsu untuk Mosha. Kaki palsu itu terbuat dari campuran bahan plastik, serbuk gergaji, dan besi, yang memungkinkannya mampu menahan berat badan Mosha. Kaki palsu ini untuk pertama kalinya di dunia dikenakan seekor gajah.
Banyak gajah yang dirawat di rumah sakit tersebut. Ada yang mengalami infeksi, patah tulang, ataupun cedera lutut. Tapi di antara gajah-gajah penghuni rumah sakit tersebut, Moshalah yang akhirnya terkenal, terutama dengan kaki palsunya.
Gara-gara kaki palsu itu pula, rasa minder dan stres Mosha berangsur hilang. Sekitar setahun setelah operasi yang dilakukannya, Mosha mau makan setiap hari. Ia pun tumbuh berkembang semakin besar sehingga tim dokter pun membuatkannya kaki palsu baru yang lebih besar dan lebih kuat. Kini Mosha semakin rajin beraktivitas. Setelah bermain-main, ia biasanya beristirahat dan tidur. Kaki palsunya dilepas setiap ia tidur.
“Mosha memang sudah seharusnya bisa hidup lebih lama dan bahagia. Ia tumbuh dengan percaya diri dan kini ia senang bisa bermain dengan rekan-rekannya yang lain,” ujar Soraida Salwala, salah satu staf FAE.
Saat ini Mosha masih tinggal di FAE. Sebelumnya, ia tinggal di hutan tropis di wilayah utara Thailand di dekat perbatasan Kamboja. Mosha kini juga menjadi simbol baru perlawanan terhadap penggunaan senjata yang dilarang.
6. Kura - kura dengan Kaki Roda Kursi
Beberapa waktu lalu seekor kura-kura bernama Gamera harus diamputasi kakinya akibat luka bakar yang parah. Namun kini kura-kura Afrika tersebut sudah bisa berjalan lagi setelah tim dokter hewan dari Washington State University memasang roda seharga 7 dolar AS sebagai ganti kaki yang dipotong.
Gamera adalah kura-kura Afrika berusia 12 tahun yang mengalami luka bakar parah yang merusak jaringan kakinya dan berisiko kematian. Untuk mengatasinya, seperti dikutip dari wsu.edu, Dr. Courtney Watkins dari Washington State University's College Veterinary Medicine, harus mengamputasinya.
Namun Gamera jadi tidak bisa berjalan seimbang. Untuk itu, kaki depannya diganti dengan roda kursi. Sebuah roda dipasang di cangkang bawah Gamera, dan kini ia bisa berjalan kembali (dengan sedikit gerakan meluncur), dan bisa cari makan sendiri di rumput.
Uniknya, semenjak kaki palsu ini ditanamkan di cangkangnya, seperti diberitakan Livescience, Gamera terlihat lebih aktif. Bahkan, bobotnya bertambah 1,4 kilogram.
Gamera adalah kura-kura Afrika berusia 12 tahun yang mengalami luka bakar parah yang merusak jaringan kakinya dan berisiko kematian. Untuk mengatasinya, seperti dikutip dari wsu.edu, Dr. Courtney Watkins dari Washington State University's College Veterinary Medicine, harus mengamputasinya.
Namun Gamera jadi tidak bisa berjalan seimbang. Untuk itu, kaki depannya diganti dengan roda kursi. Sebuah roda dipasang di cangkang bawah Gamera, dan kini ia bisa berjalan kembali (dengan sedikit gerakan meluncur), dan bisa cari makan sendiri di rumput.
Uniknya, semenjak kaki palsu ini ditanamkan di cangkangnya, seperti diberitakan Livescience, Gamera terlihat lebih aktif. Bahkan, bobotnya bertambah 1,4 kilogram.
7. Bangau dengan Paruh Buatan
Ketika paruh burung bangau rusak, maka ia tidak mungkin dapat makan, minum, atau berburu dengan benar dan bisa mati. Seekor bangau bernama Uzonka rusak paruhnya akibat serangan manusia. Ia menerima paruh palsu setelah lima kali operasi persiapan dan dalam perawatan rumah sakit hewan di Uzon, Rumania.
Jagalah organ tubuh kalian semaksimal mungkin sebelum organ tubuh kalian itu rusak atau tidak dapat berfungsi lagi.
Terima kasih and semoga bermanfaat ya!!!
wahh kamu apakan tuh kucing .
BalasHapusmempercantik aja pake soft lense xoxooxox dikit lagi mau pakein kawat gigi.....^^
Hapus